Sang Buddha berbicara tentang “Sutra kasih yang mendalam dari orang tua dan kesulitan untuk membalasnya (Sutra bakti seorang anak).“
Demikianlah yang aku dengar, suatu ketika Sang Buddha berdiam di Shravasti, di hutan Jeta, di Taman Pelindung Anak-Anak Yatim Piatu dan Para Pertapa, bersama-sama dengan sekumpulan mahabhiksu, yang seluruhnya berjumlah seribu duaratus lima puluh, dan dengan semua bodhisatva, jumlahnya tiga puluh delapan ribu semuanya.
Pada waktu itu, Sang Bhagavan memimpin kumpulan besar itu dalam perjalanan menuju selatan. Tiba-tiba mereka menjumpai seonggok tulang manusia di samping jalan. Sang Bhagava berpaling menghampirinya, dan bersikap anjali dengan penuh hormat.
Ananda dengan bersikap anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava, “Tathagata adalah guru agung dari triloka dan bapak yang terkasih dari makhluk-makhluk yang berasal dari empat jenis kelahiran. Beliau dihormati dan dicintai seluruh umat. Apakah sebabnya kini beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering?“ Sang Buddha berkata kepada Ananda, “Meskipun engkau adalah siswaKu yang utama dan telah cukup lama menjadi anggota Sangha, engkau masih belum mencapai pengertian yang jauh. Onggokan tulang itu mungkin adalah milik para leluhur pada kehidupan lampau. Mereka mungkin adalah orang tua-Ku dalam banyak kehidupan yang lalu. Itulah sebabnya sekarang Aku bersujud.“ Sang Buddha melanjutkan pembicaraan-Nya kepada Ananda, “Tulang-tulang yang kita lihat ini dapatlah dibagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah tulang-tulang lelaki, yang berat dan putih warnanya. Kelompok yang lain adalah tulang-tulang perempuan, yang ringan dan warnanya hitam.“
Ananda berkata kepada Sang Buddha, “Duhai Sang Bhagava, sewaktu para lelaki masih hidup di dunia, mereka menghiasi badan mereka dengan jubah, pengikat pinggang, sepatu, topi, dan pakaian-pakaian indah lainnya sehingga mereka jelas-jelas nampak perkasa. Ketika perempuan masih hidup, mereka mengenakan kosmetik, minyak wangi, bedak dan wangi-wangian yang menarik untuk menghiasi tubuh mereka, sehingga dengan jelas menampakkan kewanitaannya. Namun tatkala para lelaki dan perempuan itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dapat membedakannya? Ajarilah kami bagaimana membedakannya?”
Sang Buddha menjawab Ananda “Ketika para lelaki ada di dunia, mereka memasuki rumah ibadah, mendengarkan penjelasan-penjelasan tentang Sutra-Sutra dan Vinaya, menghormati Sang Triratna dan menyabut nama-nama Buddha. Tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya. Kebanyakan wanita dalam dunia mempunyai sedikit kebijaksanaan dan dipenuhi emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, merasakannya sebagai kewajiban. Setiap anak bergantung pada air susu ibunya demi kehidupan dan makanan, dan susu adalah darah ibunya yang telah berubah. Setiap anak meminum seribu dua ratus galon susu ibunya. Oleh karena penghisapan (penyedotan) dari badan ibu ini saat sang anak mengambil susu untuk makanannya, ibu menjadi letih dan menderita dan karenannya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam dan ringan.“
Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, ia merasakan kepedihan dalam hatinya, seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Ia mengatakan kepada Sang Bhagava, “Bagaimana caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?”
Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, “ Dengarkanlah baik-baik, dan Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan Candra Sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada di situ! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore, tetapi akan menguap pada tengah hari!“
“Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental. Pada bulan ketiga, ia seperti darah yang mengental. Pada bulan keempat, janin mulai terwujud sedikit seperti manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki, dua tangan, dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti keenam alat inderanya yaitu mata, telinga, hidung, badan, dan pikiran. Selama bulan ketujuh, ketiga ratus enam puluh tulang-tulan dan persendian terbentuk, dan kedelapan puluh empat ribu pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. Misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu, dan kelima macam padi-padian.
Bagian dalam tubuh ibu adalah organ yang padat, untuk funsi menyimpan, dan ia tergantung ke arah bawah, sedangkan organ dalam yang hampa, berguna untuk mengolah, dan ia melingkar ke arah atas. Ini disamakan dengan ketiga gunung yang terbit dari permukaan bumi. Kita boleh menyebut gunung-gunung ini Puncak Semeru, Gunung Karma, dan Gunung Darah. Gunung-gunung analogi ini bersatu, dan membentuk satu gugusan dengan puncak-puncak ke sebelah atas dan lembah-lembah ke sebelah bawah. Begitu jugalah, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan kesepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Bila anak itu sangat berbakti dia akan lahir dengan telapak tangannya disatukan sebagai tanda menghormat dan kelahiran itu akan aman dan baik. Ibunya tidak akan terluka oleh kelahiran itu dan tidak akan menderita kesakitan. Tetapi bila anak itu sangat pemberontak sifatnya hingga melakukan kelima perbuatan jahat (membunuh ayah, membunuh ibu, membunuh orang suci, memecah belah Sangha, dan melukai seorang Buddha), maka dia akan merusak kandungan ibunya, mengoyak jantung dan hati ibunya, akan tersangkut di tulang-tulang ibunya.
Kelahiran itu akan seperti sayatan seribu pisau atau seperti seribu pedang tajam menikan jantungnya. Itulah kesakitan-kesakitan yang terjadi dalam kelahiran anak nakal dan yang pembangkang.
Untuk menjelaskan lebih jelas, ada sepuluh jenis kebaikan yang diperbuat oleh seorang ibu kepada anaknya:
Pertama, kebaikan di dalam memberikan perlindungan dan penjagaan selama anak dalam kandungan.
Kedua, kebaikan dalam menanggung penderitaan selama kelahiran.
Ketiga, kebaikan untuk melupakan semua kesakitan begitu anak telah dilahirkan.
Keempat, kebaikan dari memakan bagian yang pahit bagi dirinya dan menyimpan bagian yang manis bagi anak
Kelima, kebaikan untuk memindahkan anak ke tempat yang kering dan dirinya sendiri berbaring di tempat yang basah.
Keenam, kebaikan menyusukan anak pada payudaranya dan memberi makan dan membesarkan anak.
Ketujuh, kebaikan dalam membersihkan yang kotor.
Kedelapan, kebaikan dari selalu memikirkan anak bila dia berjalan jauh.
Kesembilan, kebaikan karena kasih sayang yang dalam dan pengabdian.
Kesepuluh, kebaikan karena rasa welas asih yang dalam dan simpati.
1. KEBAIKAN DI DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN DAN PENJAGAAN SELAMA ANAK DI DALAM KANDUNGAN
Sebab-sebab dan kondisi-kondisi dari banyak kalpa yang terkumpul bertumbuh menjadi berat, sehingga dalam hidup ini anak berakhir dalam kandungan ibunya.
Dengan berlalunya bulan, kelima organ penting berkembang
Dalam waktu tujuh minggu, keenam alat indera mulai tumbuh
Badan ibu menjadi seberat gunung
Diamnya dan gerakan-gerakan janin adalah laksana bencana angin kalpic
Baju-baju ibu yang cantik tidak dapat dipakai dengan baik lagi
Dan begitu juga cerminya pun berdebu.
2. KEBAIKAN DALAM MENANGGUNG DERITA SELAMA KEHAMILAN
Kehamilan berlangsung selama sepuluh bulan penanggalan Candra Sengkala
Dan puncaknya ialah kesulitan dengan semakin dekatnya kelahiran
Sementara itu, setiap pagi ibu merasa sangat sakit
Dan sepanjang hari terasa mengantuk dan lamban
Ketakutannya dan kegelisahannya sukar dilukiskan
Kesedihan dan air mata memenuhi dadanya
Dia dengan khawatir mengatakan kepada keluarganya, bahwa ia hanya takut maut akan menimpa dirinya.
3. KEBAIKAN UNTUK MELUPAKAN SEMUA KESAKITAN BEGITU ANAK TELAH LAHIR
Pada saat ibu akan melahirkan anak
Kelima organ tubuh terbuka lebar
Menyebabkan dia sangat letih dalam badan dan pikiran
Darah mengalir laksana seekor domba yang disembelih
Tetapi, ketika mendengar anaknya terlahir sehat
Dia dipenuhi dengan kegembiraan yang melimpah
Tetapi sesudah kegembiraan, kesedihan datang kembali
Dan rasa sakit kembali mengaduk-aduk bagian dalam tubuhnya.
4. KEBAIKAN DARI MEMAKAN BAGIAN YANG PAHIT BAGI DIRINYA DAN MENYIMPAN BAGIAN YANG MANIS UNTUK ANAK
Kebaikan kedua orang tua sangat besar dan dalam
Penjagaan dan pengabdiannya tidak pernah berhenti
Tidak pernah beristirahat, ibu senantiasa menyimpan yang manis untuk anak
Dan tanpa mengeluh menelan yang pahit bagi dirinya
Cintanya amat besar dan emosinya sukar tertahankan
Kebaikannya adalah mendalam dan begitu juga kasihnya
Hanya menginginkan anak mendapat cukup makanan
Ibu yang kasih tidak membicarakan kelaparannya sendiri.
5. KEBAIKAN UNTUK MEMINDAHKAN ANAK KE TEMPAT YANG KERING DAN DIRINYA SENDIRI DI TEMPAT YANG BASAH
Ibu rela berada di tempat yang basah agar dengan demikian anak dapat berada di tempat yang kering
Dengan kedua payudaranya dia memuaskan rasa lapar dan haus sang anak
Menutupi dengan kainnya, dia melindungi anak dari angin dan dingin
Dalam kebaikannya, kepala ibu jarang lega di atas bantal
Dan bahkan ia melakukannya dengan gembira selama anak dapat merasa senang
Ibu yang baik tidak mencari penghiburan bagi dirinya sendiri.
6. KEBAIKAN MENYUSUI ANAK PADA PAYUDARANYA DAN MEMBERI MAKAN SERTA MEMELIHARA ANAK
Ibu yang baik adalah bagaikan bumi yang besar
Ayah yang tegar laksana langit yang mengasihi
Yang satu melindungi dari atas, yang lainnya menunjang dari bawah
Kebaikan orang tua adalah sedemikian rupa sehingga
Mereka tidak membenci atau marah terhadap anaknya
Dan tetap menyukainya, sekalipun anak terlahir lumpuh
Sesudah ibu mengandung anak dalam kandungannya dan melahirkannya
Orang tua bersama-sama memelihara dan melindunginya sampai akhir hayatnya
7. KEBAIKAN DARI MEMBERSIHKAN YANG KOTOR
Mula-mula ibu mempunyai wajah yang cantik dan tubuh yang indah
Semangatnya kuat dan bergelora
Alis matanya seperti daun willow hijau yang segar
Dan warna kulitnya bagaikan mawar merah jambu
Tetapi kebaikan ibu begitu mendalam sehingga dia melepaskan wajah yang cantik
Sekalipun mencuci yang kotor merusak badannya
Ibu yang baik bertindak hanya demi untuk kepentingan putra-putrinya
Dan dengan rela menerima kecantikannya yang memudar.
8. KEBAIKAN DARI SELALU MEMIKIRKAN ANAK BILA DIA BERJALAN JAUH
Kematian dari orang yang dicintai sukar terlukiskan pernderitaannya
Tetapi berpisah dari orang yang dikasihi juga sangat menyakitkan
Bila anak berjalan jauh
Ibu merasa khawatir di kampungnya
Dari pagi hingga malam, hatinya selalu bersama anaknya
Dan air mata berderai jatuh dari matanya
Seperti monyet menangis diam-diam, demikian dalam cinta seorang ibu pada anaknya
Sedikit demi sedikit hatinya hancur.
9. KEBAIKAN KARENA KASIH SAYANG YANG DALAM DAN PENGABDIAN
Alangkah besarnya kebaikan orang tua dan gejolak emosinya
Kebaikannya mendalam dan sukar membalasnya
Dengan rela mereka menderita untuk kepentingan anaknya
Bila anak bekerja berat, orang tua pun merasa tidak senang
Bila mereka mendengar bahwa dia berjalan jauh
Mereka khawatir bahwa pada waktu malam sang anak berbaring kedinginan
Bahkan kesakitan sebentar yang diderita putra-putra atau putri-putrinya
Akan menyebabkan orang tua lama bersusah hati.
10. KEBAIKAN DARI RASA WELAS ASIH YANG DALAM DAN SIMPATI
Kebaikan orang tua adalah besar dan penting
Perhatiannya yang lemah lembut dan tidak pernah berhenti
Dari saat mereka bangun tiap pagi, pikiran mereka adalah pada anaknya
Apakah anak-anak dekat atau jauh, orang tua selalu memikirkan mereka
Sekalipun seorang ibu hidup untuk seratus tahun
Dia akan selalu mengkhawatirkan anaknya yang berumur delapan puluh tahun
Inginkah anda mengetahui bilakah kebaikan dan cinta yang demikian itu berakhir?
Ia bahkan tidak pernah berkurang hingga akhir hidupnya.
Sang Buddha berkata kepada Ananda, “Bila Aku merenung tentang makhluk-makluk hidup, Aku melihat bahwa sekalipun mereka dilahirkan sebagai manusia, mereka adalah bodoh dan dungu dalam pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan mereka. Mereka tidak mempertimbangkan kebaikan dan kebajikan orang tua mereka. Mereka tidak menghormati dan melupakan kebaikan dan apa yang benar. Mereka kurang manusiawi dan kurang berbakti ataupun patuh pada orang tua.
Selama sepuluh bulan ibu mengandung anak, dia merasakan kesusahan setiap kali dia bangun, seolah-olah ia mengangkat beban yang berat. Bagai seorang cacat yang parah, dia tak mampu menelan makanan dan minuman. Bila waktu sepuluh bulan telah berlalu dan waktu melahirkan telah datang, dia menderita segala macam kesakitan dan penderitaan supaya anak dapat dilahirkan. Dia takut akan kematiannya, seperti seekor babi atai domba menunggu untuk disembelih. Kemudian darah mengalir di atas tanah. Inilah penderitaan – penderitaan yang dialaminya.
Setelah anak lahir, dia menyimpan apa yang manis untuk anak dan menelan yang pahit bagi dirinya sendiri. Dia menggendong anak dan memberinya makan serta membersihkan kotorannya. Tiada pekerjaan atau kesukaran yang tidak bersedia ia kerjakan demi kepentingan anaknya. Dia menahan baik rasa dingin dan panas dan tiada pernah menyebutkan apa yang telah dialaminya. Dia memberikan tempat yang kering untuk anaknya dan ia sendiri tidur di tempat yang lembab, selama tiga tahun dia memberi makan anak dengan susu yang adalah darah badannya sendiri.
Orang tua terus-menerus mengajar dan membimbing anak-anaknya tentang apa yang patut dan bermoral, selama anak tumbuh menjadi dewasa. Mereka mengatur perkawinan bagi anak-anaknya dan menyediakan harta benda dan kekayaan atau mengusahakan cara-cara untuk mendapatkannya bagi anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab dan bersusah susah sendiri dengan kerja dan semangat yang besar, dan tiada pernah membicarakan kasih sayang dan kebaikan mereka.
Bila putra atau putrinya sakit, orang tua khawatir dan takut sehingga mereka sendiri mungkin jatuh sakit. Mereka berada di samping anak, terus-menerus menjaganya, dan hanya bila anak sembuh orang tua menjadi gembira kembali. Dengan cara ini, mereka menjaga dan membesarkan anak-anaknya dengan harapan yang terus-menerus bahwa keturunan mereka akan segera menjadi dewasa.
Alangkah sedihnya bila acap kali anak-anaknya justru tidak berbakti, sebagai balasannya bila berbicara dengan sanak saudara yang seharusnya mereka hormati, anak-anak tidak mau menunjukkan kepatuhan mereka. Ketika mereka seharusnya bersikap hormat, mereka malah tidak mau bertingkah laku baik. Mereka mendelik kepada orang yang seharusnya mereka segani dan menghina paman-paman dan bibi-bibi mereka. Mereka memarahi saudara-saudaranya dan menghancurkan perasaan kekeluargaan yang ada di antara mereka. Anak-anak seperti itu tidak mempunyai rasa hormat atau perasaan yang patut.
Anak-anak mungkin bisa diajar dengan baik, tetapi mereka tetap tidak berbakti, mereka tidak akan memperdulikan pengajaran dan mematuhi aturan-aturan. Jarang sekali mereka menuruti bimbingan orang tua mereka. Mereka menentang dan membangkang bila bergaul dengan saudara-saudara mereka. Mereka datang dan pergi dari rumah tanpa memberi tahu kepada orang tua. Kata-kata dan tindakannya sangat sombong dan mereka bertindak tiba-tiba tanpa membicarakannya dengan yang lainnya. Anak-anak yang demikian tidak mengacuhkan teguran-teguran dan hukuman-hukuman yang dibuat oleh orang tuanya dan tidak memperdulikan peringatan-peringatan paman-paman mereka. Tetapi, mereka belum matang (dewasa) dan selalu perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orang yang lebih tua.
Sebagaimana anak-anak demikian makin besar, mereka menjadi keras kepala dan tidak bisa diatur. Mereka sama sekali tidak berterima kasih dan betul-betul melawan. Mereka menantang dan penuh kebencian, membuang keluarga dan kawan-kawan mereka. Mereka berteman dengan orang-orang jahat dan segera meniru kebiasaan-kebiasaan jahat mereka. Mereka menganggap yang salah adalah benar.
Anak-anak demikian mungkin dipikat kawannya untuk meninggalkan keluarganya dan lari untuk hidup di kota lain, dan dengan demikian tidak mengakui orang tuanya, serta meninggalkan kota tempat lahir mereka. Mereka mungkin menjadi pedagang atau pegawai negeri yang hidup dengan jemu dalam kesenangan dan kemewahan. Mereka mungkin kawin dengan tergesa-gesa dan ikatan baru ini bahkan merupakan halangan lain yang semakin menghalangi mereka kembali ke rumah untuk waktu yang lama.
Atau, ketika mencoba hidup di kota lain, anak-anak ini tidak hati-hati dan mendapati dirinya difitnah atau dituduh berbuat jahat. Mereka mungkin dipenjarakan dengan tidak adil. Atau mereka jatuh sakit dan terlibat dalam malapetaka dan kesukaran-kesukaran, terkena penderitaan kemiskinan yang hebat, kelaparan, dan kurus kering. Tetapi tak akan ada orang yang memperhatikan mereka. Karena dibenci dan tidak disukai orang-orang lain, mereka akan disia-siakan di jalan. Dalam keadaan demikian, hidup mereka akan berakhir. Tak seorang pun yang bersusah payah mencoba menolong mereka. Badan mereka membengkak, membusuk, hancur dan terkena matahari, serta beterbangan dihembus angin. Tulang-tulang putih hancur sama sekali dan bertebaran. Ketika anak-anak ini mati di tempat kotor di kota lain, mereka tidak akan pernah berkumpul kembali dengan gembira bersama sanak saudara atau keluarga. Juga mereka tidak akan pernah tahu bagaimana orang tua mereka yang makin tua menangisi dan cemas tentang mereka. Orang tua mungkin menjadi buta karena menangis atau menjadi sakit karena putus asa dalam kesedihan yang amat sangat. Terus-menerus mengingat anak-anaknya, mereka mungkin meninggal tetapi bahkan tatkala menjadi hantu sekalipun, jiwa mereka tetap mengingatnya dan tak dapat melupakannya.
Anak-anak tidak berbakti lainnya mungkin tidak ada keinginan untuk belajar, tetapi sebagai gantinya tertarik akan ajaran-ajaran aneh dan ganjil. Anak-anak demikian mungkin menjadi jahat, kasar, dan keras kepala, menyenangi perbuatan-perbuatan yang sama sekali tidak menguntungkan. Mungkin mereka terlibat dalam perkelahian dan perncurian, membuat diri mereka bertentangan dengan aturan hidup kota kareng minum-minum dan berjudi. Seolah-olah kejahatan mereka tidak cukup, mereka menarik saudara-saudaranya ikut berbuat jahat sehingga menambah kesedihan orang tua mereka.
Kalaupun anak-anak yang demikian itu tinggal di rumah, mereka meninggalkan rumah pagi-pagi sekali dan tidak kembali sampai jauh malam. Tidak pernah mereka menanyakan kesejahteraan orang tuanya atau memastikan apakah mereka tidak menderita panas atau dingin. Mereka tidak menanyakan kesehatan orang tua mereka di waktu pagi atau di sore hari, bahkan juga tidak pada hari pertama atau kelima belas dari penanggalan bulan (Candra Sengkala). Sebenarnya tidak pernah terpikir oleh anak-anak yang tidak berbakti ini untuk menanyakan apakah orang tua mereka dapat tidur nyenyak dan beristirahat dengan tenang. Anak-anak yang demikian memang sama sekali tidak memperhatikan kesehatan orang tuanya. Bila orang tua mereka menjadi tua dan rupanya makin lama makin renta dan kurus mereka dibuat merasa malu di depan umum dan diejek serta diganggu.
Anak-anak tidak berbakti seperti itu mungkin akhirnya punya ayah seorang duda atau ibunya seorang janda. Orang tua yang sendirian itu ditinggalkan sendirian di rumah yang kosong dan merasa seperti tamu di rumahnya sendiri. Mereka mungkin tahan menghadapi dingin dan lapar, tetapi tidak ada yang memperhatikan kesusahan mereka. Mereka mungkin menangis terus-menerus dari pagi hingga malam, berkeluh kesah dan meratap. Adalah wajib bagi anak-anak menyediakan makanan dan minuman yang enak bagi orang tua mereka yang menua, tetapi anak-anak yang tidak bertanggung jawab sudah pasti melupakan kewajiban-kewajibannya. Bila mereka pernah mau mencoba menolong orang tuanya dengan cara apapun, mereka merasa malu dan takut ditertawakan orang lain. Namun anak-anak yang demikian itu memfoya-foyakan harta dan makanan kepada anak dan istri mereka, tanpa menghiraukan kerja dan kelelahan dalam melakukannya. Anak-anak tidak berbakti lainnya mungkin diancam istrinya sedemikian rupa sehingga mereka mengikuti segala keinginan istri. Tetapi bila diminta oleh orang tuanya dan orang-orang yang lebih tua, mereka tidak memperdulikannya dan sama sekali tidak tergerak hatinya melihat keadaan mereka.
Dapat terjadi bahwa anak-anak perempuan berbakti kepada orang tuanya sebelum kawin, tetapi makin lama makin membangkang sesudah mereka kawin. Keadaan dapat menjadi begitu parah sehingga bila orang tua menunjukkan ketidaksenangan sedikit saja, anak-anak perempuan menjadi penuh kebencian dan dendam terhadap mereka. Tetapi, mereka sanggup menahan amarah dan pukulan-pukulan suami mereka dengan senang, sekalipun pasangan mereka adalah orang lain dengan ikatan keluarga yang lain dan nama keluarga yang lain pula. Ikatan emosional di antara pasangan-pasangan yang demikian adalah sangat erat, tetapi anak-anak perempuan yang demikian menjauhi orang tuanya. Mereka mungkin mengikuti suami, dan pindah ke kota lain, dan meninggalkan orang tuanya sama sekali. Mereka tidak merindukan orang tuanya dan sama sekali tidak berhubungan dengan orang tuanya. Bila orang tua terus.menerus tidak mendengar kabar dari anak-anak perempuannya, mereka khawatir terus-menerus. Mereka begitu dibebani oleh kesedihan-kesedihan seolah-olah mereka dihukum gantung dengan kepala di bawah. Setiap pemikiran mereka ialah untuk melihat anak-anaknya seperti yang haus merindukan sesuatu untuk diminum. Pemikiran mereka yang baik untuk anak-anak tidak pernah berhenti.
Kebajikan dari kebaikan orang tua sungguh luas dan tidak terbatas. Bila seseorang berbuat kesalahan karena tidak berbakti, alangkah sukar membayar kembali kebaikan itu!
Pada waktu itu, setelah mendengar Sang Buddha berbicara tentang dalamnya kebaikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menjatuhkan diri mereka ke tanah dan mulai memukuli dada mereka dan menghempaskan diri mereka hingga pori-pori mereka mengeluarkan darah. Beberapa orang pingsan di atas tanah, sedangkan yang lain menghentakkan kakinya dalam kesedihan. Lama baru mereka dapat mengatasi diri mereka. Dengan suara keras mereka meratap, “Alangkah menderitanya! Alangkah sakitnya! Alangkah sakitnya! Kami semua bersalah. Kami semua adalah penjahat yang tidak pernah sadar, seperti mereka yang berjalan di malam yang gelap. Kami baru sekarang menyadari kesalahan-kesalahan kami dan hati kami tercabik-cabik. Kami hanya berharap bahwa Sang Bhagava mengasihi dan menyelamatkan kami. Mohon ajarilah kami bagaimana mengembalikan kebaikan yang mendalam dari orang tua kami!”
Pada waktu itu Tathagata memakai delapan macam suara yang sangat dalam dan bersih, seraya berkata kepada kumpulan besar itu, “Anda semua harus mengetahui ini, sekarang akan Aku jelaskan beberapa segi dari hal ini.”
“Bila ada seseorang yang mengangkat ayahnya dengan bahu kirinya dan ibunya dengan bahu kanannya dan oleh karena beratnya menembus tulang sumsumnya sehingga tulang-tulangnya hancur menjadi debu, dan orang-orang tersebut mengelilingi Puncak Sumeru seratus ribu kalpa lamanya sehingga darah yang keluar dari kakinya membasahi pergelangan kakinya, orang tersebut belum cukup membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya.”
“Bila ada seseorang yang selama waktu satu kalpa yang penuh dengan kesukaran dan kelaparan, memotong sebagian dari daging badannya sendiri untuk memberi makan orang tuanya dan ini diperbuatnya sebanyak debu yang ia lalui dalam perjalanan seratus ribu kalpa, orang itu pun belum membalas kebaikan yang dalam dari orang tuanya.”
“Bila ada satu orang yang demi orang tuanya, mengambil sebuah pisau yang tajam dan mencukil kedua belah matanya dan mempersembahkannya kepada Tathagata, dan terus melakukannya hingga beratus-ratus ribu kalpa, orang tersebut masih tetap belum membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya.”
“Bila ada orang yang demi ayah dan ibunya, mengambil sebuah pisau tajam dan mengeluarkan jantung dan hatinya sehingga darah mengucur dan menutupi tanah dan dia melakukan ini dalam beratus ribu kalpa, tiada sekalipun mengeluh tentang kesakitannya, orang tersebut belum dapat membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya.”
“Bila ada orang yang demi orang tuanya, menghancurkan tulang-tulangnya sendiri sampai ke sumsum dan melakukan ini hingga beratus ribu kalpa, orang itu belum membalas kebaikan yang besar dari orang tuanya.”
“Bila ada orang yang demi orang tuanya menelan butiran-butiran besi yang mencair dan berbuat demikian hingga beratus ribu kalpa, orang itu tetap belum dapat membalas kebaikan yang mendalam dari orang tuanya.”
Pada waktu itu, ketika mendengar Buddha membicarakan kebaikan dan kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis diam-diam dan merasakan kepedihan dalam hatinya. Mereka merenungkannya dan segera merasa malu dan berkata kepada Sang Bhagava, “Oh, Sang Bhagava, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?”
Sang Buddha menjawab, “Wahai siswa-siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan orang tuamu, tulislah sutra ini untuk mereka. Kumandangkanlah Sutra ini untuk mereka. Bertobatlah atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan demi mereka. Untuk kepentingan orang tua berikanlah persembahan kepada Sang Triratna. Demi orang tua, patuhlah kepada perintah untuk hanya memakan makanan suci dan bersih. Demi orang tua biasakanlah berdana dan mencari keberkahan. Bila engkau dapat melakukan ini, engkau adalah anak yang berbakti. Bila engkau tidak melakukannya, engkau adalah orang yang akan menuju pada alam sengsara.”
Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, “Bila seseorang tidak berbakti ketika hidupnya berakhir dan badannya membusuk, dia akan jatuh ked alam Neraka Avici yang tidak terbatas. Neraka yang besar ini kelilingnya delapan puluh ribu yojana, dan dikelilingi dinding besi pada keempat sisinya. Di atasnya ditutup oleh jaring-jaring, dan lantainya juga dibuat dari besi. Api akan membakar dengan berkobar-kobar, sementara itu petir bergemuruh dan sambaran kilat yang berapi-api akan membakar. Perunggu yang cair dan cairan besi akan disiramkan ke atas badan orang-orang yang bersalah. Anjing-anjing perunggu dan ular-ular besi terus menerus memuntahkan api dan asap yang membakar orang-orang yang bersalah dan memanggang badan dan lemaknya hingga menjadi bubur.”
“Oh, penderitaan yang hebat! Sukar menahankannya, sukar menanggungkannya! Ada galah, pengait, lembing-lembing, tombak-tombak, besi dan rantai-rantai besi, pemukul-pemukul dari besi, dan jarum-jarum besi. Roda-roda dari pisau besi turun bagai hujan dari udara. Orang yang bersalah itu dicincang, dipotong, atau ditikam dan mengalami hukuman-hukuman yang mengerikan ini selama berkalpa-kalpa tidak henti-hentinya. Kemudian mereka memasuki neraka-neraka berikutnya, dimana kepala mereka akan ditutupi dengan mangkok-mangkok yang panas sekali, sedangkan roda-roda besi akan menggilas badan mereka secara mendatar dan tegak lurus sehingga perut mereka pecah dan daging serta tulang-tulang mereka menjadi lebur. Dalam satu hari mereka akan mengalami beribu-ribu kelahiran dan kematian. Penderitaan-penderitaan yang demikian adalah akibat melakukan kelima perbuatan jahat dan karena tidak berbakti selama seseorang masih hidup.”
Pada waktu itu setelah mendengar Sang Buddha membicarakan Sutra tentang kebajikan orang tua, setiap orang dalam kumpulan besar itu menangis dengan sedihnya dan berkata kepada Tathagata, “Pada hari ini, bagaimana kami dapat membalas kebaikan yang dalam dari orang tua kami?”
Sang Buddha berkata, “ Wahai siswa-siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan-kebaikan mereka, maka demi mereka salinlah sutra ini. Ini sesungguhnya membalas kebaikan mereka. Bila seseorang dapat menyalin satu saja maka ia akan melihat satu Buddha. Bila seseorang dapat menyalin sepuluh buah, maka dia akan melihat 10 Buddha. Bila seseorang dapat menyalin 100, maka ia akan bertemu 100 Buddha. Bila seseorang menyalin 1000, maka ia akan melihat 1000 Buddha. Bila seseorang dapat menyalin 10000, maka ia akan melihat 10000 Buddha. Inilah kekuatan yang diperoleh bila orang-orang saleh menyalin Sutra. Semua Buddha akan selamanya melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan mereka.
Pada ketika itu, Ananda dan lain-lainnya dalam kumpulan besar itu : asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, bukan manusia, dan lain-lainnya, demikian juga dewa-dewa, naga, yaksha, gandarwa, raja-raja bijaksana yang memutar roda, dan semua raja-raja yang lebih kecil, merasakan semua bulu pada badan mereka berdiri setelah mendengar apa yang dikatakan Sang Buddha. Mereka menangis dengan sedihnya dan tak sanggup menghentikannya. Masing-masingnya bertekad dan berkata, “ Kami semua mulai sekarang sampai perwujudan akhir dari masa mendatang, akan lebih suka badan kami dilumatkan menjadi abu untuk beratus ribu kalpa daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata. Kami lebih suka lidah kami dicabut, sehingga akan memanjang sepanjang satu yojana penuh, dan untuk selama seratus ribu kalpa sebuah luku besi ditarik diatasnya, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata. Kami lebih suka roda dengan seratus ribu pisau menggelinding bebas di atas badan kami, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata. Kami lebih suka badan kami diikat dengan jaring besi selama seratus ribu kalpa, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata. Kami lebih suka badan kami dicincang, dipotong, dirusak, dan dipahat menjadi sepuluh juta potong sehingga kulit, daging, persendian, dan tulang-tulang kami betul-betul hancur, daripada melanggar ajaran-ajaran bijaksana dari Tathagata.”
Pada ketika itu, Ananda, dengan agung dan perasaan damai, bangkit dari tempat duduknya dan bertanya kepada Sang Buddha, “Sang Bhagava, apakah nama Sutra ini bila kami mengikutinya dan menjaganya?”
Sang Buddha berkata kepada Ananda, “ Sutra ini disebut :
SUTRA KASIH YANG MENDALAM DARI ORANG TUA DAN KESULITAN MEMBALASNYA.
Pakailah nama ini bila engkau mengikutinya dan menjaganya.”
Pada ketika itu, kumpulan besar itu, dewa-dewa, manusia-manusia, asura, dan lain-lainnya, mendengar apa yang telah dikatakan oleh Sang Buddha, betul-betul merasa gembira. Mereka mempercayainya, menerimanya, dan menyesuaikannya dengan tingkah laku mereka dan kemudian menunduk hormat dan berlalu.
Kumpulan cerita, parita, mantera dan sutra
Sutra Bakti Seorang Anak
Sutra Karma
Sutra ini merupakan salah satu ajaran Hyang Buddha yang menerangkan tentang hukum karma, tentang sebab musabab semua perbuatan kita yang berlaku, baik dulu, sekarang maupun yang akan datang di dalam kehidupan kita masing-masing.
Ketika Hyang Buddha berada di kota Rajagaha, 1250 orang Arahat datang berkumpul bersma para mahkluk lainnya. Pertemuan para Arahat tersebut dinamakan Caturangasannipata, mereka berkumpul di Veluvanarama (Vihara Hutan Bambu) dan waktu itu tengah hari pada saat purnama-sidhi di bulan Magha. waktu itu, Yang Mulia Ananda datang mendekati Hyang Bhagava. ia memberi hormat dengan beranjali dan mengelilingi Hyang Buddha tiga kali (berpradaksina). Setelah memberi hormat ia dengan sopan duduk di satu sisi. kemudian Yang Mulia Ananda berkata kepada Hyang Bhagava :
"Guru, mengapa semua makhluk yang dilahirkan selalu dicengkeram oleh dukkha (derita) seperti lobha (keserakahan), dosa (kebencian), moha (ketidaktahuan), tidak menghormati Buddha Dhamma. tidak berbakti kepada orang tua, tidak bermoral, tidak menjalankan sila. Generasi ini menjadi kacau seperti benang kusut. rumput munja dan gelabah. sehingga tidak dapat terbebas dari apaya (alam neraka), duggati (alam binatang), vinipata (alam keruntuhan) dan samsara (lingkaran tumimbal lahir).
Banyak di antara mahkluk itu terlahir tuli, buta, bisu, idiot, cacat dan lainnya, saling bersaing, saling merugikan, saling memusuhi, saling membenci, saling membunuh, saling berbuat jahat dan tidak adil. Bagaimana kita dapat mengerti rahasia kesunyataan (sebab musabab) apa yang tersembunyi di balik kenyataan hidup ini. dan apakah akibat buruk dari setiap perbuatan jahat yang dilakukan oleh manusia ?
Semoga Guru berkenan menjelaskan kepada kami sebab musabab dari semua perbedaan-perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya keragu-raguan terhadap keadilan dan kebenaran !".
"Ananda, perhatikan dengan baik, Aku akan menerangkan tentang Hukum Karma. sebenarnya, segala sesuatu yang terjadi di dalam kehidupan ini dikarenakan akibat dari karma lampau yang berbuah, yang diwariskan dari perbuatan pada kehidupan yang lampau, Karma lah yang menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam alam kehidupan ini, ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang bahagia, ada yang menderita, ada yang sempurna, ada yang cacat, ada yang dipuji dan ada yang terhina.
Kemudian Hyang Bhagava melanjutkan dengan mengucapkan syair di bawah ini :
"Segala sesuatu sudah ditentukan oleh karma lampau. percaya dan tekun mengamalkan Sutra ini akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan yang tiada taranya.
O, para bhikkhu, Aku akan membuat syair contoh untukmu. karena dengan contoh maka orang-orang pintar akan dapat mengerti makna dari apa yang dikatakan.
Membangun Vihara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membangun vihara" membuat ia mendapat kedudukan terhormat (tinggi)
Membangun jalan dan jembatan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membangun jalan dan jembatan" membuat ia mendapat keselamatan dalam perjalanan serta memiliki kendaraan yang bagus
Berdana jubah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi jubah untuk bhikku" membuat ia memiliki cukup sandang serta berpakaian bagus
Berdana makanan dan minuman, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi makanan dan minuman untuk orang miskin" membuat ia kaya
Berdana untuk Bhikkhu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi untuk keperluan Bhikkhu" membuat ia memiliki rumah mewah
Kikir dan tidak mau berdana, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke alam setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "kikir dan tidak mau berdana" membuat ia miskin
Membangun sekolah dan rumah sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membangun sekolah dan rumah sakit" membuat ia hidup sukses dan bahagia
Memuja Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memuja Hyang Buddha dengan bunga" membuat ia memiliki wajah yang rupawan
Tekun membaca paritta dan melaksanakan Sila, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tekun membaca paritta dan melaksanakan sila" membuat ia cerdas dan bijaksana
Membabarkan Dharma, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "meyebarkan Dharma dalam Dharmasala" membuat ia mendapatkan isteri yang cantik dan berbudi.
Menghias Altar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghias altar Hyang Buddha dengan macam-macam dekorasi, hiasan yang bagus dan pantas" membuat ia sukses dalam perkawinan
Menolong orang sebatang kara, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam Brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghormati dan menolong orang sebatang kara" membuat ia memiliki orang tua yang baik
Membunuh makhluk hidup, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membunuh makhluk hidup" membuat ia pendek umur
Mencuri, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mengambil barang milik orang lain" membuat ia kehilangan barang-barangnya
Berzinah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "melakukan hubungan seks yang tidak diperkenankan" membuat ia dimusuhi lingkungannya.
Berdusta, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berdusta" membuat ia sering mendapat tuduhan palsu
Bergossip, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "sering menceritakan keburukan orang lain" membuat ia ditingggalkan oleh kawan-kawannya
Berkata kasar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berkata kasar" membuat ia sering menerima kata-kata yang tidak menyenangkan
Mengobrol kosong , O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mengobrol kosong" membuat ia tidak dapat berbicara dengan jelas
Berburu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berburu binatang" membuat ia menjadi yatim piatu
Melepas Binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membebaskan binatang yang tertangkap orang" membuat ia memiliki anak yang sukses
Menolong hidup makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyelamatkan nyawa makhluk lain" membuat ia panjang umur dan bahagia
Merusak lingkungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "merusak hutan, tanaman, tumbuhan bunga" membuat ia tidak mempunyai keturunan
Memperkosa, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memperkosa anak, isteri orang lain" membuat ia hidup sengsara dan kesepian
Meniup lilin altar, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tidak mengenal rasa hormat dan dengan sengaja meniup lilin atau lampu altar Hyang Buddha" membuat mulutnya menjadi cacat
Menghina suami, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghina dan memukul suami" membuat ia menjadi janda
Lupa Budi, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "melupakan budi dan jasa orang lain" membuat ia menjadi budak (kuli)
Menyeleweng, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyeleweng dengan istri atau suami orang lain" membuat ia hidup kesepian
Menyesatkan orang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyesatkan orang dengan bacaan porno" membuat matanya jadi buta
Berdana minyak lampu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berdana minyak lampu untuk altar Hyang Buddha" membuat ia dikaruniai mata yang indah dan terang
Mencaci maki orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mencaci maki orang tua " membuat ia menjadi bisu dan tuli
Memukul orang tua, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memukul orang tua" membuat tangannya cacat
Menertawakan siswa Hyang Buddha, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menertawakan siswa Hyang Buddha dan tidak menghormati Buddha Dharma" membuat punggungnya bongkok
Menodong dan merampok, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menodong dan merampok" membuat ia berkaki cacat
Tidak membayar hutang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tidak membayar hutang" membuat ia terlahir kembali menjadi kerbau atau kuda
Menipu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menipu dan mencelakakan orang lain" membuat ia terlahir kembali menjadi babi atau anjing
Berbuat kejam dan sadis, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berbuat kejam dan sadis" membuat ia hidup lama di penjara
Meracuni makhluk lain, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "meracuni makhluk lain" membuat ia mati keracunan
Menolong orang sakit, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke sorga, ke alam dewa, atau ke alam brahma. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memberi obat menolong orang sakit atau luka" membuat ia selalu sehat
Memfitnah, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memfitnah dan mengadu domba" membuat ia muntah darah
Tidak setia, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "tidak setia dan berkhianat" membuat ia hidup sengsara dan menyedihkan
Minum minuman keras, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "minum-minuman keras" membuat ia mabuk, ketagihan dan tidak dihormati orang
Membuat makhluk lain mati kelaparan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "membuat makhluk lain mati kelaparan" membuat ia menjadi mati kelaparan
Menghina orang miskin, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menghina orang miskin" membuat ia berbadan cebol dan jelek
Mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "mendengarkan Dharma dengan kurang perhatian" membuat ia menjadi tuli
Menyiksa binatang, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menyiksa binatang" membuat badannya korengan dan bisulan
Iri hati, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "iri hati dan cemburu akan kesuksesan dan kebahagiaan orang lain" membuat ia kesepian, bau busuk dan korengan
Sumpah palsu, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "sumpah palsu" membuat ia mati disambar geledek, petir atau api.
Memuja Hyang Buddha dengan daging, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "memuja Hyang Buddha dengan daging" membuat ia menderita penyakit kulit
Berdagang dengan tidak jujur, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berdagang dengan tidak jujur" membuat ia menderita penyakit korengan
Berburu dengan tali atau jala, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "berburu binatang dengan tali atau jala " membuat ia mati tergantung
Bermusuhan, benci dan dendam, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "bermusuhan, benci dan dendam" membuat ia mati digigit binatang (jelmaan dari musuhnya)
Menggugurkan kandungan, O bhikkhu, menganjurkan, melakukan sendiri, dan sering diperbuat, akan membawa orang ke neraka, ke alam binatang, atau ke setan. Bahkan sekurang-kurangnya, akibat dari "menggugurkan kandungan" membuat ia tidak dapat melahirkan
Apapun yang kita lakukan akan kembali kepada kita, jadi terimalah segala pahala maupun pembalasan terhadap diri kita. jangan mengira kejahatan yang kita lakukan tidak akan ada akibatnya. akan terbukti dan dialami sendiri dalam kehidupan ini atau kehidupan mendatang.
Kalau tidak percaya berkah dari melaksanakan Buddha-Dharma. lihatlah kebahagiaan yang dinikmati oleh para siswa Sang Buddha. Karma kehidupan lalu menentukan pahala kehidupan sekarang. Karma kehidupan sekarang akan menentukan kehidupan mendatang.
Bagi orang yang tidak percaya ajaran Karma, akan jatuh terlahir di alam-alam rendah.
Bagi orang yang menghayati dan mengamalkan ajaran Dhamma ini, akan terlahir di alam-alam sorga.
Bagi orang yang menyebarluaskan Sutta ini, akan menjadi maju dan jaya.
Bagi orang yang mencetak Sutta ini, Kehidupannya akan sukses dan dihormati.
Bagi orang yang menyimpan Sutta ini, akan terlindung dari malapetaka.
Bagi orang yang mengkhotbahkan ajaran Dharma ini, dalam kehidupannya akan sukses dan cerdas.
Bagi orang yang membacakan Sutta ini kepada orang lain, akan dihormati dan dicintai orang banyak.
Jika karma tidak berakibat, mengapa Bhikkhu Moggallana bertekad menolong ibunya dari penderitaan alam neraka ?
"Begitulah Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah umur pendek karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab umur pendek itu ?", Engkau harus menjawab :"Membunuh makhluk hidup, kejam dan gemar memukul dan membunuh, tanpa mempunyai rasa kasihan kepada makhluk hidup adalah sebab umur pendek. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, maka umurnya akan pendek."
"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah menderita banyak penyakit karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab menderita banyak penyakit itu ?", Engkau harus menjawab :"Menyakiti makhluk lain dengan menggunakan tinju, batu, tongkat atau senjata, gembira melihat makhluk lain menderita adalah sebab menderita banyak penyakit. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan menderita banyak penyakit."
"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah rupa buruk karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab rupa buruk itu ?", Engkau harus menjawab :"Cepat marah, lekas naik darah; untuk hal kecil saja yang diceritakan padanya ia sudah menjadi murka, marah, berkeras kepala, memperlihatkan kegusarannya, kebenciannya dan kecurigaannya adalah sebab rupa buruk. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan mempunyai rupa yang buruk."
"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah mempunyai wibawa/pengaruh sedikit sekali karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab mempunyai pengaruh sedikit sekali itu ?", Engkau harus menjawab :"Iri hati, penuh rasa dengki dan benci, mengiri kalau orang menerima hadiah, diberi tempat menginap, penghargaan, penghormatan, dimuliakan, dan diberi persembahan dengan sopan santun adalah sebab mempunyai pengaruh sedikit sekali. Orang yang melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan mempunyai pengaruh sedikit."
"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah miskin karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab miskin itu ?", Engkau harus menjawab :"Tak pernah memberikan makanan, minuman, jubah, pengangkutan, bunga, wangi-wangian, obat-obatan, tempat menginap, tempat tinggal. lampu dan sebagainya kepada bhikkhu dan pandita adalah sebab menjadi miskin. Orang yang tidak melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan menjadi orang miskin."
"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah orang menjadi rendah karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab orang rendah itu ?", Engkau harus menjawab :"tinggi hati dan penuh kesombongan, tak mau menghormat kepada orang yang patut dihormati, tak mau berdiri untuk siapa ia patut berdiri, tak mau memberi tempat duduk kepada yang patut diberi tempat duduk, tak memberi kamar kepada yang patut diberi kamar, tidak menjamu yang patut dijamu, tak memberi hormat dan penghargaan kepada yang patut diberi hormat dan penghargaan. dan juga tak memberikan persembahan kepada yang patut diberi persembahan adalah sebab menjadi orang rendah. Orang yang tidak melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan dilahirkan sebagai orang rendah."
"Ananda, bila engkau ditanya : "Apakah orang dungu karena suatu sebab tertentu ?", Engkau harus menjawab : "Ya". Dan tentang pertanyaan : "Apakah sebab orang dungu itu ?", Engkau harus menjawab :"Tak mengunjungi para bhikkhu dan menanyakan kepada mereka : apakah yang dimaksud dengan karma baik, Bhante ? Apakah yang dimaksud dengan karma tidak baik ? Apa yang tercela ? Apa yang terpuji ? apa yang harus dilakukan ? apa yang tidak harus dilakukan ? Perbuatan apakah yang dapat mengakibatkan celaka dan penderitaan untuk waktu yang lama ? Perbuatan mana yang dapat membawa berkah dan kebahagiaan untuk waktu yang lama?" adalah sebab menjadi orang dungu. Orang yang tidak melakukan dan melaksanakan perbuatan ini, ketika badan jasmaninya hancur setelah mati, akan terjatuh ke alam-alam rendah penuh kesedihan dan penderitaan, atau neraka. Atau, apabila ia dilahirkan kembali sebagai manusia, dimana saja ia akan bertumimbal lahir, ia akan dilahirkan sebagai orang dungu."
"Ananda, Pemilik dari perbuatan adalah makhluk, ia adalah ahli waris dari perbuatannya, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya. Perbuatan apapun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang menjadi ahli warisnya. Terdapat orang yang gemar membunuh makhluk hidup, mengambil milik orang lain, melakukan perbuatan asusila dengan wanita; berbicara yang tidak benar, sering menggossip orang lain, menggunakan kata-kata kasar, suka ngobrol kosong, tamak, berhati kejam dan mengikuti pandangan yang keliru.
Dan ia terikat erat-erat kepada perbuatannya yang dilakukan dengan jasmani, ucapan atau pikiran. Dengan sembunyi-sembunyi ia melakukan perbuatan-perbuatan, mengucaokan kata-kata dan memikirkan sesuatu; dan sembunyi-sembunyi pula cara dan tujuannya.
Tetapi Aku katakan kepadamu : " Bagaimana tersembunyinyapun cara dan tujuannya, orang itu pasti akan menerima salah satu dari kedua akibat ini, yaitu siksaan dari neraka atau terlahir sebagai binatang yang merangkak." Demikianlah tumimbal lahir dari makhluk-makhluk : "Sesuai dengan Karmanya mereka akan bertumimbal lahir. Dan dalam tumimbal lahirnya itu mereka akan menerima akibat dari perbuatannya sendiri." Karena itu Aku menyatakan :"Pemilik dan ahli waris perbuatan adalah makhluk, perbuatannya adalah rahim dari mana ia lahir, kepada perbuatannya ia terikat, namun perbuatannya juga merupakan pelindungnya. perbuatan apapun yang ia lakukan, baik atau buruk, ia juga kelak yang menjadi ahli warisnya.
Perbuatanlah yang membuat manusia menjadi mulia dan rendah, kaya dan miskin, bahagia dan menderita."
Setelah membabarkan ajaran Karma kepada Ananda dan para Arahat, lalu Sang Bhagava menambahkan : "Contoh yang telah say berikan hanya sebanyak setetes air dibandingkan contoh yang belum diberikan sebanyak air yang ada di Sungai Gangga. " Kemudian sang Bhagava mengucapkan Ovada Patimokkha :
"Jangan berbuat kejahatan,
Perbanyaklah perbuatan baik,
sucikan hati dan pikiranmu,
Itulah Ajaran semua Buddha.
Kesabaran adalah cara bertapa yang paling baik,
Sang Buddha bersabda :
Nibbanalah yang tertinggi dari semuanya.
Beliau bukan Pertapa yang menindas orang lain.
Beliau bukan pula pertapa yang menyebabkan kesusahan orang lain.
Tidak menghina, tidak melukai,
Mengendalikan diri sesuai dengan tata tertib,
Makan secukupnya,
Hidup dengan menyepi,
Dan senantiasa berpikir luhur,
Itulah Ajaran semua Buddha.
Kemudian Yang Mulia Ananda berkata : "Pada generasi yang kacau ini, bayak manusia telah mengisi kehidupannya dengan perbuatan-perbuatanjahat dikarenakan ketidak-tahuan mereka akan ajaran dan Hukum Karma. Kami sangat senang dan gembira< Bhante. Dengan panjang lebar dan penuh cinta kasih Bhante telah menguraikan Dharma, menjelaskan bagaikan orang yang menegakkan kembali apa yang roboh, atau memperlihatkan apa yang tersembunyi, atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau membawa lampu di waktu gelap gulita, sambil berkata, "Siapa yang punya mata, silahkan melihat."
Demikianlah Dharma telah dibabarkan Bhante dalm berbagai cara, dan Kami berjanji untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma mulai hari ini sampai akhir hayat nanti. Begitu mulianya Dharma ini sehingga bagi siapa saja yang menulis, membaca, mencetak, menyebarluaskan sutta ini, atau digunakan untuk memuja para Buddha, akan dianugerahi dengan kebahagiaan dan kesuksesan besar.Dan kelak nanti setelah meninggal akan terlahir bahagia di Buddha-Loka tempat para siswa Buddha bersemayam."
Setelah Ananda berkata demikian, para Arahat, para Bhikkhu, para Upasaka, para Dewa, para Asura, para Gandabha, para mahkluk halus lainnya menjadi gembira hatinya denagn kata-kata Sang Bhagava. Mereka berjanji untuk melaksanakan dengan sungguh-sungguh Ajaran Karma ini.
JIKA BERTANYA SEBAB KEHIDUPAN SEBELUMNYA
YAITU APA YANG DITERIMA PADA KEHIDUPAN INI
JIKA BERTANYA AKIBAT KEHIDUPAN MENDATANG
YAITU APA YANG DIPERBUAT PADA KEHIDUPAN INI
Jangan meremehkan kejahatan denagn mengatakan bahwa kejahatan yang kulakukan kecil sekali, tidak akan berakibat apa-apa kepadaku, tetapi sebenarnya ibarat air yang jatuh setetes demi setetes akhirnya dapat memenuhi sebuah gentong. Demikianlah orang yang dungu sedikit demi sedikit mengisi dirinya dengan kejahatan.
Tidak di langit, tidak di tengah samudera, juga tidak di dalam gua atau di puncak gunung; tidak ada suatu tempatpun di dunia ini yang dapat dipakai orang untuk menghindarkan diri dari akibat perbuatannya yang jahat.
Di alam ini ia menderita, juga di alam sana
Di kedua alam ini orang jahat menderita
Ia menderita karena diganggu oleh pikirannya
Ia akan lahir di neraka dicengkeram oleh derita
Jangan meremehkan kebajikan dengan mengatakan bahwa kebajikan yang kulakukan hanya sedikit, tak akan membawa pahala bagiku. Tetapi sebenarnya, ibarat air yang jatuh setetes demi setetes akhirnya orang yang bijaksana mengisi dirinya sedikit demi sedikit dengan kebajikan.
Di alam ini ia berbahagia, juga di alam sana
Di kedua alam ini orang yang baik hidup bahagia
Ia berbahagia dalam menikmati kebahagiaan
Ia menerima pahala dari perbuatannya yang baik
( Sumber : Buku sumbangan para dermawan )